Category: Inspiration

  • Suara Alam yang Menyayat Perasaan

    rebulan indah

    masnasih.com – Dalam keheningan malam, dalam keramaian lalu lalang orang, ada suara yang menenangkan, menyayat hati yang telah lama gersang tak berperasaan. Suara alam yang seirama kompak penuh dengan kemantapan yang tak pernah kita saksikan di sekumpulan orang yang berdzikir bersama.

    Alam yang ramai karena aktivitas manusia tak membuat ia berhenti melantunkan kalimat indah nan penuh kekhusukan. Dibarengi dengan suara penghuni langit yang makin membuat merinding uluh hati. Mereka seakan-akan khawatir akan dunia yang sudah tua, namun penghuninya lupa.

    Sajak-sajak kata yang biasa kita ucapkan, begitu berbeda dan sangat cantik ritme melodinya; manusia yang mendengarkannya akan terenyuh hatinya mendengar begitu merdunya suara seirama nan syahdu itu. Energi pancarannya mampu menerangi hati yang petang menjadi bersinar menenangkan. Sajak satu kata namun menentramkan jiwa menusuk raga, masuk dalam relung hati yang paling dalam.

    Alam yang selalu menyebut nama Tuhannya. Membuat iri setiap manusia yang mendengarnya, membuat nafsu malu untuk menampakkan dirinya. Hanya gemuruh rindu yang menderu dan air mata hati yang tak tertahankan.

    Baca Juga : La Tahzan

  • Kehidupan Idealis Tak Pernah Kita Temukan di Dunia ini

    never comfort zone

    masnasih.com – Setiap orang menginginkan sebuah kehidupan yang idealis, yaitu kehidupan yang sesuai dengan apa yang ada dipikirannya dan apa yang diharapkannya. Namun ternyata idealisme ini adalah impian yang tak pernah bisa ditemukan di dunia ini.

    Setiap sesuatu yang ada di dunia pasti ada kekurangannya, begitu pula apa yang kita bayangkan walaupun terlihat sempurna namun tetap ada kekurangannya. Imbuh Jumali mengatakan dunia itu adalah selamat dan celaka, ketika kita ingin mendapatkan sesuatu pasti harus ada yang celaka.

    Ia juga mengatakan, dunia itu terbatas oleh karena itu ketika ada yang mendapatkan pasti harus ada yang tidak kebagian, misalnya kita bisa mendapatkan jabatan sebagai pejabat negara katakannya presiden, berarti orang lain tidak bisa mendapatkan jabatan yang sama dalam satu waktu.

    Nurudin Zen juga mengatakan ada satu hal yang dicari oleh banyak orang di dunia ini namun mereka tak pernah mendapatkannya yaitu kehidupan yang enak. Ia menambahkan kita tak akan pernah mendapatkan kehidupan yang enak di dunia ini, karena kehidupan yang idealis hanya ada di surga.

    Ia mencontohkan seorang pejabat negara yang terlihat enak kehidupannya, ketika di pengajian dihormati, mendapatkan sajian makanan yang spesial, tapi semua itu perlu adanya pengorbanan yang banyak ketika ia ingin mendapatkan jabatan tersebut, harus sekolah, dan melalui proses yang panjang dan tidak mengenakkan.

    Ia juga mencontohkan menjadi kyai juga terlihat enak, dihormati, banyak orang yang suka dsb. Tapi ternyata apa yang kita bayangkan tidak seenak itu, seorang kyai muballigh harus menyiapkan materi yang akan disampaikan, bahkan tidurnya menjadi kurang.

    Inilah contoh sederhana kehidupan dunia yang tak pernah idealis seperti yang selalu kita bayangkan. Imbuh jumali mengatakan dunia itu apa yang kita bayangkan lebih indah daripada apa yang sebenarnya, sedangkan akhirat (surga) adalah apa yang sebenarnya lebih indah daripada apa yang kita bayangkan.

    Jadi di dunia, bayangan itu paling indah, khayalan kita lebih indah dari pada apa yang terjadi sebenarnya. Imbuh jumali mencontohkan ketika kita melihat orang kaya yang mempunyai banyak rumah dan mobil dalam bayangan kita ia hidupnya enak, tetapi kita tidak tahu,bisa jadi yang sebenarnya utangnya lebih banyak dari harta yang dimilikinya.

    Baca Juga : La Tahzan jangan bersedih

  • Visi Hidup di Dunia adalah Falah

    Vision of man life

    masnasih.com – Berbagai macam visi kehidupan setiap insan tak lain adalah untuk mencapai sebuah kemenangan. Kemenangan yang dimaksud adalah kesuksesan menurut versi mereka orang per-orang yang sangat beragam.

    Orang yang mempunyai agama akan mempunyai visi yang sesuai dengan visi agamanya. Dalam Islam pedomannya adalah falah, sebuah kemenangan yang tak mungkin didapatkan oleh para pengikut agama selain Islam.

    Islam adalah agama yang sangat super lengkap dalam hal menuntun pengikutnya dalam menjalani kehidupan. Orang atheis bilang,”agama adalah candu.” Namun Islam telah menjawab bahwa Islam adalah penuntun jalan menuju keridhaannya yaitu falah sebuah kemenangan yang tak ada masa berakhirnya, kenikmatan yang kekal.

    Dalam mencapai falah, ada 3 misi yang harus dilaksanakan oleh manusia yaitu beribadah kepada Allah SWT, menjadi khalifah di dunia, dan menjaga kelestarian alam sebagai tempat tinggalnya. 3 misi ini sudah ada pedomannya yaitu dari kitab suci umat Islam yaitu Alquran Al Karim, kitab suci yang mengilhami adanya pengetahuan yang memunculkan teknologi canggih yang telah diciptakan saat ini.

    Semuanya itu ada karena terjadi perkembangan pengetahuan yang berasal dari Alquran. Alquran menjawab segala hal yang ditakutkan oleh orang Atheis yang memperkirakan akan terjadi ketidakmampuan manusia untuk memenuhi kebutuhannya berbarengan dengan adanya peningkatan jumlah penduduk pertahunnya.

    Dengan turunnya Alquran, maka pengetahuan berkembang dengan cepat dan segala kebutuhan manusia menjadi tercukupi bersamaan dengan kemajuan teknologi.

    Falah adalah visi hidup manusia. Untuk mencapai falah maka manusia harus beribadah kepada Allah SWT., menjadi pribadi yang baik, dan tak berlebihan dalam memenuhi kebutuhannya sehingga alam semesta menjadi terjaga.

    Dalam teori ekonomi syariah disebutkan, semua hal yang berkaitan dengan ekonomi harus mengandung unsur berkah. Berkah artinya baik, sesuai dengan kebutuhan, tidak merusak, dan memberi manfaat, yang tujuannya adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.

    Semua hal yang tak ada manfaatnya, berlebihan, atau bahkan merusak, itulah yang tidak membawa keberkahan. Ketika keberkahan tidak didapatkan, maka falah tak akan didapatkan pula.

    Kunci dari falah adalah berkah. Sesuatu yang baik menjadi jalan untuk menuju kemenangan di akhirat kelak. Sesuatu yang tak baik akan membawa mudharat, tak hanya diakhirat saja melainkan di dunia juga membawa mudharat.

    Falah adalah kemenangan akhirat, maka harus dipersiapkan dari sekarang selama masih hidup di dunia. Ad-Dunya Mazro’atul Akhirot, artinya dunia adalah ladangnya akhirat. La Tahzan Dunia adalah tempatnya kita untuk mencari bekal untuk kehidupan di akhirat, dengan menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan Allah SWT. adalah cara yang tepat untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat.

  • 3 Misi Manusia Hidup di Dunia

    Hidup di Duni



    masnasih.com – Di malam ahad ini, saya ingin berbicara tentang misi manusia hidup di dunia. Ini akan menjadi tulisan yang menarik untuk dibaca, karena memang ini adalah misi utama namun banyak orang yang tak menyadarinya karena belum tahu atau tidak mau tahu. Jadi ada 3 misi utama manusia hidup di dunia.

    Menurut tafsir ilmi penciptaan manusia perspektif Alquran dan Sains, yang di terbitkan oleh pemerintah Indonesia, disebutkan bahwa ada 3 misi yang di emban manusia hidup di dunia ini yaitu beribadah kepada Allah SWT, menjadi khalifah di dunia, dan menjaga kelestarian bumi. 
    Baiklah kita bahas satu persatu, dimulai dari ibadah. Manusia hidup di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Ibadah adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh manusia semasa hidupnya. Ketika manusia tidak menjalankan ibadah semasa di hidupnya, maka berarti telah tersesat dari jalan yang harus dilaluinya. 
    Khalifah di dunia berarti menjadi pemimpin, pemimpin untuk dirinya sendiri, untuk keluarganya, desanya, maupun negaranya. Menjadi khalifah berarti menjadi panutan. Menjadi panutan berarti harus mempunyai sifat yang mahmudah, selalu memberikan contoh yang baik. Memaslahatkan umat. Ketika manusia tidak bisa menjadi orang yang baik yang bisa dijadikan contoh untuk orang lain, maka manusia telah menyalahi kodratnya sebagai manusia.
    Menjaga kelestarian bumi, artinya menjaga bumi agar tidak rusak. Allah telah menjadikan bumi sebagai sarana untuk dimanfaatkan oleh manusia, untuk dijaga dan untuk dilestarikan agar tetap subur rindang untuk menyambung kehidupan. Ketika manusia tidak menjaga bumi dan kerusakan terjadi, maka manusia lalai dengan tugasnya.
    Adanya 3 tugas menjadikan manusia harus mencari ilmu. Ilmu yang dicari adalah tak lain untuk memenuhi tugasnya yaitu beribadah, menjadi khalifah, dan menjaga kelestarian alam. Tanpa mempelajari ilmunya, manusia akan cenderung melakukan hal yang berlawanan dengan tugasnya. 
  • Pesan Almarhumah Ibuku Untuk Diriku – Aku Begini

    masnasih.com – Malam 42 sepeninggalan ibuku adalah malam dimana aku bertemu kembali dengan ibu dalam mimpiku. Namun ada sedikit pembeda malam ini dengan malam itu. Malam ini aku bertemu dengan ibuku, namun aku tidak bisa menatap ibu secara tatap muka karena posisi tidurku yang terlentang dengan menyilangkan kaki.

    Aku tidur jam 00.00 wib lebih, di saat aku mau mulai asik dengan istrirahatku, mulailah banyak hal jin yang mulai usil dengan keadaanku. Aku mulai diganggu dan aku mencoba untuk melawannya, namun mereka silih berganti menggangguku.

    Di saat jin yang terakhir dapat ku tepiskan, saat itu pula ada suara yang memanggilku dari arah kepalaku. Aku tidur dengan terlentang kepala di barat dan kaki di timur. Suara itu tak asing bagiku. Suara itu adalah suara ibuku memanggil-manggil namaku. “Seh, naseh.”

    Ibu memanggilku beberapa kali seakan-akan membangunkanku atau memanggil karena aku tidak langsung menjawabnya. Aku mulai sadar bahwa itu suara ibuku. Aku ingin bangun tapi posisi tidurku tak bisa membuatku bergerak. Aku hanya bisa tetap di tempat dan mulai menjawab panggilan ibu.

    “Nggeh bu, pripun?” Jawabku dengan kesadaran yang belum pulih. Biasanya aku tak menggunakan bahasa kromo saat ibuku masih hidup. Namun semenjak ibu meninggal dalam mimpiku, secara spontan aku berkomunikasi dengan bahasa jawa kromo alus.

    Ibu yang dengan nadanya yang pelan saat berbicara, ia mulai mengajak berbicara,”Seh. Ayo mulai maneh ah. Aku nengkene kokiye” (Seh. Ayo mulai lagi lah. Aku disini seperti ini). Perkataan ibu membuatku tersadar bahwa ibu sudah tiada. Akupun sadar jika ada hal penting yang ingin ibu sampaikan yaitu meminta doa, didoakan anaknya. Beberapa kali ibu mengatakan hal yang sama. Ia terlihat memohon dengan halus dan memelas. “Mulai maneh yo?” (Mulai lagi ya?). Ucapannya semakin memelas.

    “Nggeh. Nggeh Mak.” (Iya, iya Bu). Aku hanya bisa mengiyakan apa yang iya minta. Belum sempat aku bertanya ibu sudah menimpali, “Seh, aku pak selonjor sitik.” (Seh. Aku mau meluruskan kaki sedikit.” Aku cuma bisa mempersilakan. “Nggeh Bu. Sekalian tak pijeti yo” Kaki beliau diluruskan dan berada di kanan dan kiri badanku, aku langsung memegang kakinya dari telapaknya mulai kupijat. Aku merasakan kasarnya kulit tepi telapak kakinya, seperti ketika ia semasa hidupnya.

    Baru beberapa pijitan ibu sudah menarik kembali kakinya dan mengingatkan aku lagi dengan memohon. “Seh, yo.” (Seh. Ya). Masih dengan nadanya yang pelan Ibu menegaskan lagi sambil menjauhiku kembali berjalan ke arah barat. Aku hanya bisa mengiyakan keinginan ibu. “Nggeh, nggeh bu. Moco Alkahfi pog mak?” (Iya bu. Baca Alkahfi kan bu?). Aku memastikan. Ibu menjawab dengan menimpali,”Al-kahfi, Adh-dhuha, An-Nas, Al-Mulk.” Aku hanya bisa mengiyakan. “Oh nggeh mak.” Aku bertanya lagi,”Mulai ngesok pok mak?” Aku sedikit berterik karena ibu semakin menjauh. Ibu mengiyakan.

    Kemudian beliau berkata,”Yo wes, seh. Aku pak turu maneh yo?” (Ya sudah, seh. Aku mau tidur lagi ya?” Aku melihat ibu mulai merebahkan diri di tempat yang biasa-biasa saja namun dengan lantai berjarak 1,1 meter, dan lebarnya kurang lebih 65cm. Aku mendengar ibu yang mengatakan itu protes. “Mak. Lha sampean kan wes meninggal kan?” (Bu. Bukankan ibu sudah meninggal?). Ibu hanya melanjutkan aktivitasnya.

    Pandanganku mulai meremang namun aku masih bisa mendengarkan suara ibu, entah apa yang dikatakan setelahnya karena aku mulai berganti alam. Namun aku terus memanggil ibu,”Mak.Mak.Mak.” Aku terus memanggil namun ibu sudah pulang ke tempat peristirahatannya. Aku sudah beralih alam entah alam apa itu aku tidak tahu. Namun aku merasa sudah bangun namun ternyata masih di alam mimpi.

    Aku melihat adikku membangunkanku, namun aku masih terus memanggil ibu. Di saat aku bangun dari tidurku yang masih dalam mimpiku. Aku menghampiri adik dan yaitu ke ruang tamu. Disitu ada kakakku dan suaminya. Aku mulai bercerita. “Aku nembe ngimpi ketemu simak.” (Aku barusan mimpi bertemu ibu).”

    Belum sempat berkata-kata banyak, aku sudah terbangun dari tidurku. Aku benar-benar bangun dan menulis cerita mimpi ini disini.

    Masya Allah. Aku hanya menyimpulkan, ternyata mimpi yang sebelumnya adalah benar adanya bahwa disana walaupun tenang namun tak secerah para aulia Allah. Ibu masih mendapatkan kiriman doa dari bapak. Dan aku meyimpulkan, mungkin kehidupan nyamannya karena setiap hari dikirimi doa berupa doa dan bacaan Alquran.

    Namun ibu memintaku untuk mendoakannya seakan-akan ia secara tidak langsung menggambarkan, bahwa ketika keluarga tidak ada yang mendoakannya hidupnya lebih sengsara dari yang saat ini. Namun apapun yang terjadi beliau hanya bisa menerimanya. Walaupun beliu mengharapkan, namun beliau tidak bisa memaksakan dan siap menerima risiko jika hidupnya harus sengsara ketika tak ada yang mendoakannya.

    Amal perbuatan selama di dunianya terlihat begitu jelas tak berbeda dan sama persis seperti yang ia dapatkan disana. Beliau hanya bisa mengandalkan amalnya sendiri dan sisa amal jariyah yang beliau miliki termasuk anak yang diharapkan menjadi sholih/sholihah.

    Namun ada satu kejanggalan yang aku saksikan, yaitu kenapa beliau hanya meminta kepadaku dan tidak meminta kepada yang lainnya, misalnya bapak, adek, dan kakak?

    Aku hanya bisa mengira-ngira dengan pengetahuan yang kupahami. Yang pertama, orang yang telah meninggal tidak akan berbicara panjang lebar kecuali hanya menyampaikan sesuatu yang penting. Maka adalah wajar jika beliau hanya menyampaikannya kepadaku. Yang kedua, beberapa hari ini aku memang mengurangi amal baikku dan sebagian besar waktu kugunakan untuk memikirkan cara untuk membangun bisnis.

    Dari yang sebelumnya aku dalam satu hari membaca 4-5 juz Alquran dan menghafal 1 hadits, sekarang aku hanya membaca 25-50 ayat alquran dalam seharinya dan hadits hanya membacanya saja. Inilah yang mungkin bisa menjadi alasan kenapa hanya aku yang ditemui dan dimintai doa.

    Masya Allah. Mimpi kali ini memang aku hanya bisa melihat dengan posisi tidur. Namun aku mendengar dengan jelas suara ibu yang sama persis seperti semasa hidupnya kala akhir-akhir masa beliau mendekati wafatnya.

    Ya Allah, pertemukanlah ibuku dengan para KekasihMu. Jadikanlah ibu menjadi seorang ahli surga. Mendapatkan nikmat hingga hari kiamat dan yaumul hisab. Aamiin..

  • Apakah Budaya Bisa Menghancurkan Suatu Bangsa?

    masnasih.com – Budaya adalah kebiasaan yang dilakukan oleh suatu individu atau masyarakat dalam waktu lama dan mendarah daging. Budaya adalah hal yang bersifat alot, artinya susah untuk dirubah karena sudah masuk ke dalam alam bawah sadar manusia.

    Budaya yang baik akan menimbulkan efek yang positif, sedangkan budaya yang kurang baik atau tidak baik maka akan menimbulkan hal yang tak baik pula. Budaya bisa saja bertolak belakang dengan keilmuan. Budaya yang tidak sesuai dengan keilmuan, berakibat tidak seimbang.

    Misalkan saja budaya kelulusan sekolah coret-coret baju, pawai ugal-ugalan di jalanan, minum-minuman keras, melakukan tindakan yang melanggar norma. Akibat yang ditimbulkan banyak tidak baiknya dan termasuk dalam budaya yang tidak baik.

    Bandingkan dengan ketika kelulusan mengadakan acara tasyakuran, menghibahkan baju yang sudah tidak dipakai ke orang yang membutuhkan, mendengarkan ceramah keagamaan, mengikuti ceramah motivasi. Ini adalah budaya yang baik dan akibat yang ditimbulkan juga akan baik.

    Contoh lain adalah budaya membuang sampah sembarangan. Akibatnya adalah sampah berserakan. Membuang sampah ke sungai, akibatnya air sungai menjadi keruh penuh dengan kuman, dan ketika hujan turun akan menyebabkan penyumbatan pada aliran sungai. Akibat yang ditimbulkan adalah banjir.

    Jika budayanya membuang sampah pada tempatnya, maka lingkungan bersih. Tidak membuang sampah di sungai, menjaga ekosistem yang ada di sungai, air sungai bersih, tidak mengalami penyumbatan, dan ketika hujan tidak terjadi kebanjiran.

    Itulah contoh sederhana dari budaya baik dan tidak beserta akibatnya. Penjelasan tersebut di atas tentunya sudah menjawab judul artikel ini.

  • Apakah Hartamu adalah Rezekimu? Bisa Saja Bukan

    masnasih.com – Hidup itu asik. Harus dinikmatin. Rezeki sudah ada yang ngatur. Sekalipun diam di rumah tetep aja dapet rezeki. Namun yang jadi masalah adalah gengsi, dan karena dipaksa oleh keadaan untuk mencari harta sebanyak-banyaknya. Gengsi tak punya harta direndahkan orang lain. Terpaksa karena mau jaga image, kerja siang dan malam. Terpaksa keadaan misalnya saja ketika inginnya di rumah saja tetapi orang yang di rumah pada bilang, “lha mbok kerja, ojo gur mangan turu.” Termasuk juga orang tua akan merasa gagal ketika anaknya pengangguran.

    Padahal pengangguran itu justru bisa lebih leluasa untuk berpikir lebih hebat daripada orang yang sibuk kerja. 6 bulan saya kerja, setiap kali gajian pasti saya traktir makan-makan temen-temen, sedekah ke anak yatim, dst. Apakah saya kelaparan setelahnya? Tidak. 6 bulan saya tidak kerja hanya di rumah saja. Apakah saya kelaparan? Tidak. Bahkan setiap hari saya makan seperti halnya makanannya orang kaya. Cemilan pun tersandingkan hampir setiap hari.

    Hidup adalah tempat untuk mencari bekal untuk kehidupan setelah kematian. Hakikatnya, hidup adalah sudah dijamin rezekinya dari baru lahir sampai menghembuskan nafas terakhir. Namun kenapa ada anjuran untuk menyeimbangkan antara urusan dunia dan akhirat?

    Karena untuk mempermudah dan menghindari konflik ketika hidup di dunia. Katakanlah ketika hidup di lingkungan keluarga. Bisa saja kita percaya bahwa tanpa kerja kita bisa hidup, namun tak bisa dielakkan pasti salah satu diantara mereka merasa iri atau geram karena melihat kita tidak kerja dan hanya enak-enakan. Itulah masalahnya.

    Hidup di dunia adalah jalan menuju kehidupan di akhirat. Boleh saja kita bekerja, bahkan dalam sebuah hadits menganjurkan untuk bekerja bagaikan akan hidup selamanya. Namun jangan biarkan hati kita terlalu mencintai dunia. Harta yang kita dapatkan di dunia belum tentu menjadi rezeki kita.

    Kita bisa mencari harta sebanyak-banyaknya, atau kita hanya diam di rumah saja, tetap saja tak bisa merubah rezeki yang sudah ditentukan. Rezeki adalah sesuatu yang kita nikmati, baik itu yang halal maupun yang haram.

    Harta adalah sesuatu yang kita dapatkan, tetapi tak mungkin kita bisa menikmati semuanya. Kita juga dianjurkan untuk tidak berlebih lebihan dalam mengkonsumsi sesuatu. Itu artinya yang wajib dipenuhi hanyalah kebutuhan. Selain kebutuhan itu tak wajib, atau bahkan bisa juga dilarang.

    Kebutuhan adalah sesuatu yang benar-benar kita butuhkan. Apabila tidak tercapai maka akan berakibat mengganggu aktivitas yang melibatkan kewajiban. Kebutuhan harus dipenuhi karena untuk menunjang kewajiban. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang harus dikerjakan, dan apabila ditinggalkan maka mendapat dosa.

    Nah kalau dijelaskan, akan panjang kali lebar, mungkin sampai hari kiamat tak akan cukup untuk menulis hal semacam ini. Di dalam Alquran sudah dijelaskan bagaimana luasnya ilmu Allah, seandainya lautan adalah tinta, maka tak akan cukup untuk menuliskan ilmu Allah yang sangat luas, sekalipun ditambah satu lautan lagi. Ilmu bisa menjaga kita. Harta kita yang harus jaga.

    Harta tanpa ilmu, berbahaya.
    Ilmu tanpa harta, hartanya yang datang sendiri. Maka ketika saya melihat masa lalu di mana saya masih sibuknya di dunia sekolah. Tak ada pikiran untuk mencari uang, hidup seperti bahagia sepanjang hari. Namun ketika harta sudah mulai merasuki hati, pikiran tak tenang walaupun dalam keadaan tidur sekalipun.

    So. Jalani hidup dibikin hepi. Apapun itu masalahnya, jangan sampai hilang fokusnya.

    Fokus dunia untuk akhirat.

  • Indahnya Menghafal Hadits – Hafal 40 Hadits Dijamin Masuk Surga

    masnasih.com – Banyak sekali kunci-kunci surga yang tersebar di antara ilmu Allah SWT. Salah satunya adalah kalimat tauhid,”Laa Ilaaha illallah,” merupakan kunci surga. Dalam sebuah riwayat hadita diterangkan barang siapa yang membaca laa ilaaha illallah di saat sebelum menghembuskan nafas terakhir, maka ia akan masuk surga.

    Namun untuk melakukan hal tersebut mungkin akan sulit karena kita tak pernah tahu kapan ajal menjemput. Maka ada banyak alternatif lainnya untuk mendapatkan surga Allah SWT yaitu dengan menghafal 40 hadits.

    Dalam sebuah riwayat hadits juga disebutkan barang siapa yang menghafal 40 hadits maka ia masuk surga. Dengan cara yang satu ini kemungkinan besar kita bisa melakukannya, walaupun lebih banyak namun kita bisa mengusahakannya bahkan dalam 40 hari saja (sehari menghafal satu hadits) kita sudah bisa mendapatkan kunci surga tersebut.
    Namun yang perlu diketahui bahwa syarat utama dari masuk surga adalah iman. Iman kepada Allah SWT, Malaikat Allah, Kitab Allah, Utusan (Nabi dan Rasul) Allah, Hari Akhir (Kiamat), Qadha dan Qadar Allah SWT. Tanpa ada keimanan dalam hati, maka seseorang tak akan pernah masuk surga walaupun ia hafal 1000 hadits.

    Terlebih lagi ketika seorang hamba mau bertaqwa yaitu dengan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah SWT. Tentu akan lebih cepat masuk surganya dibandingkan dengan orang yang beriman namun masih sering melanggar larangan Allah SWT.

    Jika kita mau sedikit berpikir, maka kita akan menemukan sebuah kemudahan dalam mendapatkan Surga Allah, walaupun kita tak pernah tahu apakah kita dijadikan sebagai orang yang senantiasa berjalan di jalan kebaikan, atau justru sebaliknya.

    Namun salah satu tanda-tanda orang yang beruntung adalah diberi petunjuk oleh Allah berupa ilmu yang bisa menuntun hidup lebih baik menuju sebuah tempat persinggahan terakhir yaitu surga yang selalu kita rindukan.

    Masya Allah. Begitu indahnya dzat Yang Maha Pengasih.

    Wallahu A’lam.

  • Uniknya Lingkaran Pertemanan Setiap Insan – Dimanakan Kita Berada?

    Setiap orang selalu membutuhkan orang lain di kehidupannya. Begitulah mengapa manusia disebut makhluk sosial. Tapi, tak semua orang mampu hidup bersosial dengan baik. Atau lebih tepatnya, kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan sosial di lingkungan sekitarnya terutama di lingkungan yang baru.
    Contohnya saya. Saya tipe orang yang lebih nyaman ketika sendiri (bukan berarti anti sosial) dan dalam beberapa pengalaman yang pernah dilalui, seringkali konflik2 dalam lingkaran pertemanan ini membuat ruang gerak saya justru terbatas. Pada akhirnya menjadi merasa tidak nyaman dan memisahkan diri dari lingkaran itu.
    Namun, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman  terus membuat saya belajar bagaimana menjadi orang yang tidak menutup diri. Tapi juga punya filter, mana yang bisa diambil sisi positifnya dan meminimalisir dampak negatifnya dari lingkungan sosial tersebut.
    Kemudian bagaimana cara membuat kita nyaman saat harus hidup di lingkungan sosial dan lingkaran pertemanan yang tidak bisa kita hindari?
    Jika diambil dari pengalaman pribadi saya sekarang ini. Saya lebih memilih mencari aman dengan fokus pada diri sendiri. Ya maksudnya tidak terlalu ambil pusing dengan sifat dan sikapnya orang lain yang bertentangan dengan kita (selama itu tidak keluar dari Syariat-Nya). Tugas kita hanya bersikap baik dan terus berbuat baik dengan orang lain. Perihal balasannya pada kita itu urusan orang tersebut dengan Sang Pencipta. 
    Sebenarnya kita bisa mengkomunikasikan setiap masalah kita terhadap apa yang tidak kita sukai. Hanya saja butuh ilmu komunikasi yang baik untuk bisa memberikan pemahaman dan tidak menimbulkan masalah yang lebih besar. Sehingga kita perlu banyak belajar untuk mampu berkomunikasi dengan baik terhadap orang lain. Dan tidak lupa untuk selalu mendo’akan orang-orang disekitar kita dengan do’a-do’a yang baik.
    Hidup dilingkaran pertemanan yang nyaman itu gampang-gampang susah. Jadi pandai-pandailah kita menempatkan diri. Semoga selalu ditempatkan di lingkungan yang baik. Sehingga membuat lingkaran pertemanan kita menjadi semakin baik.
  • Di Saat Tuhan Bercanda, Kamu Bertanya Allah pun Menjawab Seketika

    masnasih.com – Pernahkah kau bercanda dengan Tuhan? Pernahkah kau digelitik olehNya? Ada saat-saat Tuhan bercanda dengan makhluknya. Saat makhluknya bertanya, Allah pun menjawab. Saat manusia menginginkan sesuatu, saat itu juga Allah mengabulkannya. Namun Allah lebih tau apa yang kau butuhkan, yang terkadang tak sesuai dengan yang kau inginkan.

    Masya Allah, di saat saya tertidur bermimpi sedang tidur bersama anak kecil, namun ada seorang dua orang perempuan yang mengganggu tidur saya. Jari telunjuk seseorang masuk ke kuping kiri dan inilah yang membuat tidurku terganggu. Saya baru menyadari posisi sedang ketindihan. Terlihat jin yang menyerupai sosok perempuan itu tertawa menyeringaiku.

    Saya terbangun dan puji syukur alhamdulillah. Lisan dan hatiku melafalkan dzikir-dzikir sembari membenarkan posisi tubuh hingga lebih nyaman. Dalam benak, saya ingin meraga sukma, inilah impian yang sedari dulu belum pernah kesampaian, hingga pada akhirnya saya terlelap tidur.

    Selang beberapa menit saya mendengar panggilan dari luar rumah, suara orang lelaki memanggil-manggil nama saya, sesekali ia mengetok kaca pintu. Saya pun terbangun dan menyauti panggilannya. Ternyata lelaki itu adalah saudaraku sendiri.

    “Seh njo tak jak neng gon ku, kae anake fadlu nangis terus.” (Seh. Ayok tak ajak ke rumahku, anaknya fadlu menangis terus).

    Kami langsung menuju rumahnya dan benar seorang anak kecil sedang menangis seperti ketakutan entah apa yang ia takutkan. Fikal adalah anak dari fadlu saudara saya yang tinggal tak jauh dari tempat saya tinggal.

    Ku belai punggung anak itu sambil melafalkan sholawat. Ia tetap tak mau berhenti menangis. Saya memutuskan untuk membaca Alquran. Satu ayat demi ayat surat Al kahfi kubaca, anak itu masih menangis, namun sudah mulai mereda. Pikiranku mulai melayang-layang mencari tahu apa penyebab yang sebenarnya, mimpiku menjadi jawaban dari pertanyaan itu.

    Sambil terus mencari, kubacakan surat maryam, An-nur, Al-Baqarah, masing-masing 25 ayat, anak itu mulai tak bersuara, tertidur pulas di pelukan orang tuanya. Kuakhiri dengan membaca surat At-Taubah ayat 105-selesai. Sholawat dan kutiupkan ke air putih yang sedari dulu sudah disiapkan.

    Alhamdulillah. Sangat lega rasanya, anak kecil itu sudah tenang, walaupun sebelumnya saya sempat bingung dan tak yakin bisa menenangkan. Hanya ada gambaran kecil yang kulihat. Mereka datang ke pondok dan melihat-lihat kolam renang. Disitulah ada sosok perempuan jelmaan jin yang mengganggu anak kecil itu.

    Sungguh suatu gambaran yang jelas inilah cara Allah bercanda kepada makhluknya. Saya menginginkan meraga sukma dan saya diajak ke rumah saudara adalah jawabannya. Karena kejadian itu terjadi setelah saya tidur.

    * * *

    Suatu ketika saya sedang galau dan memutuskan untuk bersepeda malam-malam. Di jalan menanjak terbesit dipikiran saya bahwa saya harus sukses jadi bos. Saya juga mengartikan bahwa tanjakan adalah saat dimana saya harus berjuang dan turunan adalah saat dimana saya harus menikmati kehidupan.

    Sampai pada jalan tikungan, ada dua remaja yang menyalip saya dan menyapa saya, “Bos.” Masya Allah. Seketika saya langsung tersadar. Tuhan sedang bercanda. Dan saya tertawa tak tertahankan dalam hati tergelitik dengan sikap Tuhan.

    Dua cerita di atas menggambarkan bahwa Tuhan sangat tau apa yang kita inginkan. Allah Maha Mendengar apa yang kita ucapkan sekalipun dalam hati. Namun seringkali kita mengabaikan Tuhan sehingga kita tak tau bahwa Tuhan sedang bercanda. Tuhan sedang dekat dengan kita. Wallahu A’lam.