Category: Inspiration

  • Pudarnya Pesona Purnama Tulang Berbalut Kulit Kusut

    masnasih.com – Hidup memiliki siklus yang pasti. Ada masa bayi dimana kita baru dilahirkan dan rupanya imut menggemaskan membuat semua orang tersenyum hatinya tergelitik untuk mencubitnya, menggendongnya, dan menimang-nimang dipelukannya.

    Ada masa balita tubuhnya tumbuh sekian cm, masih menggemaskan tetapi sudah mulai membuat orang tuanya pontang-pantingan harus menjaganya setiap saat karena ia tidak bisa diam dan terus aktif melakukan apa saja yang ia suka.

    Ada masa kanak-kanak dimana kita mulai masuk ke lingkungan sekolah, mulai mengenal apa itu teman, saking asiknya bermain dengan temannya terkadang pulang dengan tangisan karena keasikannya berakhir dengan perkelahian.

    Ada masa remaja dimana kita mulai tertarik dengan lawan jenis, masa yang paling asik adalah masa SMA hidup masih minta-minta dan sekolah masih tempat ternyamannya. Masa ini akan mulai surut ketika masuk ke dunia perkuliahan atau dunia kerja. Kita mulai disibukkan dengan berbagai aktivitas yang melelahkan, mulai ingin mandiri dan terlepas dari orang tua secara materiil.

    Dan yang terakhir adalah masa dewasa dimana masa ini adalah masa yang paling bermakna dalam hidup kita. Masa keemasan sekaligus masa pudarnya cahaya purnama dalam kehidupan. Kita mulai memahami makna sebuah kehidupan, kita mulai mengetahui siapa jati diri kita sebenarnya dan apa yang harus dilakukan sebelum sisa umur habis di telan zaman.

    Siklus ini akan terus berlanjut dan setiap manusia yang terlahir pasti akan mengalami siklus ini terkecuali sebagian mereka yang harus pulang lebih dahulu, meninggal di usia muda. Siklus ini menjamin dan memastikan setiap manusia mengalaminya. Kita tak akan pernah bisa menghindari apapun bentuk caranya.

    Kulit kencang yang mulai mengerut, mata mutiara yang mulai menyusutkan cahayanya, gigi yang kuat satu demi satu menanggal dengan sendirinya, otot yang gesit bagaikan di stel slow motion, air mata mendadak surut entah kemana menyisakan tangisan kering kerontang. Semuanya akan datang pada pudarnya cahaya purnama, manusia telah lapuk dimakan usia.

    Tak adalah pujian kecantikan wanita dan otot kuat lelaki, kini tinggal cibiran orang yang melihatnya, bahkan menjadi bualan-bualan buah hatinya sendiri. Tatapan mata sudah mulai meredup, Hilang segala kekuatannya, hilang segala nafsu dunianya, hilang segala sesuatu yang dimilikinya, hidup terdiam menatap dunia dengan perasaan yang telah beda, semua terasa hambar dan tawar, menghilang segala kenikmatannya, hilang segala anugerahnya karena Tuhan telah menantikan kedatangannya.

  • Tak Bisa Dipungkiri Bahwa Kita Berada Di Tepi Jurang Kehancuran

    masnasih.com – Manusia adalah makhluk yang rentan dengan hal-hal yang menurut pikirannya enak. Dalam kata lain, manusia itu suka dengan sesuatu yang serba enak, bahkan mungkin tak ingin hidupnya sengsara sedikitpun. Berada di dalam lingkaran comfort zone itulah pencapaian besar manusia walaupun sebagian darinya memilih untuk keluar dari lingkaran tersebut. Namun, apapun upaya yang dilakukan oleh manusia, itu tak lain semata-mata untuk mencari sebuah ketenangan lahir batin.

    Mungkin akan lebih enak jika kata manusia saya ganti dengan kata kita saja ya?

    Iya, memang tak bisa dipungkiri setiap sesuatu yang membuat gaduh, menyusahkan, menangis, sakit, dsb; pasti akan kita anggap sebagai masalah. Anggapan masalah dalam hal ini menunjukkan bahwa patokan masalah selesai ada pada sebuah ketenangan, kedamaian, kerukunan, kemesraan, dsb yang itu semua adalah berada di lingkaran comfort zone.

    Sesuatu yang enak itu bisa saja baik bisa saja tidak. Kita ambil contoh, memetik buah mangga di pohonnya milik tetangga itu enak kan? Tidak nanem pohon, pas berbuah tinggal metik aja. Ya. Tentu itu enak dan praktis, tetapi masalahnya tidak semudah itu. Memetik buah milik tetangga tanpa izin itu namanya maling, salah satu bentuk kejahatan karena mengambil hak orang lain tanpa sepengetahuannya.

    Oke. Poin pertama yang perlu kamu ingat adalah kita suka yang enak, praktis, tidak ribet, langsung jadi, dan semacamnya. Poin keduanya, sesuatu yang enak dan praktis itu belum tentu baik.

    Dua poin itu cukup untuk menjelaskan inti dari artikel ini. Namun akan saya perjelas lagi sedikit.

    Setelah ada poin satu dan dua, kita perlu ingat juga bahwa di dunia ini ada yang namanya “peluang.” Peluang bisa berupa kebaikan dan bisa berupa keburukan. Dan sayangnya peluang kebaikan cenderung menawarkan hal-hal yang menurut kita sepele, kurang menarik, atau bahkan membahayakan diri kita sendiri; tidak enaklah intinya. Misalnya bangun tidur malam hari. Kita tahu malam hari ada beberapa waktu yang spesial untuk sholat tahajud misalnya, atau untuk berdzikir. Tapi biasanya ya, biasanya kita lebih memilih menarik selimut lagi kan? Ya maksudnya tidur lagi.

    Sedangkan peluang kejahatan banyak menawarkan sesuatu yang serba enak, atau setidaknya banyak enaknya dibandingkan dengan tidaknya. Misalnya lagi jalan-jalan di depan lihat ada orang yang jalan tiba-tiba dompetnya jatuh dan dia terus saja berjalan tanpa merasa kehilangan. Nah, disini kita punya peluang dua, yaitu jahat dan baik. Seperti yang saya katakan di atas bahwa kejahatan cenderung menawarkan yang enak-enak dan kebaikan lebih menawarkan yang nggak enak.

    Sebagai manusia normal tentu akan menyadari betul bahwa antara ikhlas nggak ikhlas ya kalo lihat dompet itu ternyata isinya uang yang nilainya $$$. Di saat inilah kita akan memilih, memilih untuk berbuat baik, atau justru sebaliknya.

    Saya kira sudah paham sampai sini. Tapi akan saya perjelas lagi. Kita masih berbicara tentang dompet jatuh.

    Mungkin jika kejadian dompet jatuh itu cuma sekali, kita masih sadar diri dan berbuat baik sesuai dengan pengetahuan yang kita miliki bahwa mengambil sesuatu yang bukan haknya itu salah. Namun, jika kejadiannya berkali-kali, kita mendapatkan peluang yang sama atau lebih besar dari itu dan saat itu kondisi kita sedang tidak baik, misalnya keuangan masih bermasalah dsb. Apakah kita masih bisa bertahan? Ya, bisa saja iya bisa saja tidak.

    Nah, sekarang sudah jelas. Bahwa kita sekarang ini sebenarnya berada di tepi jurang.

    Loh bukannya kalau ada kesempatan saja?

    Ya, dengan adanya gadget yang selalu ada digenggaman kita inilah tepi jurang selalu ada. Tak perlu saya jelaskan lebih panjang, karena semua sudah tahu bahwa gadget ibarat pisau bisa digunakan untuk kebaikan atau sebaliknya. Dan kabar buruknya, kita selalu mendapatkan peluang yang tidak baik setiap saatnya, terlebih lagi jika kita terhubung dengan internet, tepi itu jelas akan terlihat.

    Maka, bijaklah dalam berkendara 😊

  • Menapaki Jejak-Jejak Kegagalanku Terdahulu

    masnasih.comHai, Kamu! Iya, kamu yang sedang membaca tulisanku. Kamu yang sedang membaca tulisan ini. Iya, kamu. Pernahkah kamu merasa gagal? Pernahkah kamu merasa usaha yang kamu lakukan sia-sia? Pernahkah kamu terjatuh dan sulit untuk bangkit? Jika iya, maka nasibmu seperti diriku. Iya, akupun merasakan apa yang kamu rasakan itu. Aku sudah 4 tahun belum juga mendapatkan apa yang aku impi-impikan. Aku sendiri mempunyai impian ingin mempunyai usaha yang bisa untuk mencukupi kebutuhan dan juga menerima lowongan pekerjaan.

    4 tahun berproses namun hasil tak kunjung juga. Mungkin jika dibandingkan dengan para ilmuwan pada saat itu, aku ini belum ada apa-apanya dibandingkan dengan usaha mereka. Mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk menemukan sebuah penemuan baru. Ratusan atau bahkan ribuan kali mencoba baru mendapatkan apa yang mereka harapkan. Tentu mereka membutuhkan waktu bukan hanya 4 tahun saja melainkan waktu seumur hidup mereka.

    Jangankan seumur hidup, 4 tahun saja rasanya sudah sempoyongan, bukan?

    Bisa dikatakan usaha yang kulakukan justru memakan biaya banyak, atau bahasa kasarnya aku merugi.

    Namun tentu dengan kegagalan-kegagalan yang telah berlalu aku justru tertantang untuk terus maju. Yang terpenting apapun hasilnya, usaha tetap nomor satu. Semangat harus tetap dikobarkan walaupun terkadang harus terkapar kelaparan.

    Kehidupan adalah sebuah proses yang selalu berjalan. Ada kalanya kita berada di atas dan ada kalanya kita harus tergores aspal panas. Awas hati-hati saat kau berada di bawah, ada orang-orang yang telah mempersiapkan bahan olok-olokan, menghancurkan impian masa depanmu, merong-rong semangat juangmu, mencerca dengan perkataan yang pedas, bahkan tak menutup kemungkinan kau dianggap gila.

    Semua itu tentu tak serta merta ada tanpa sebabnya. Semua ada mulanya dan semua ada akhirnya. Hal negatif akan muncul karena mereka menganggap jika kita adalah orang yang tidak realistis, terlalu ambisius, tak peduli nasehat orang lain, mimpi terlalu tinggi, dan tentunya semua itu tak pernah masuk di akal mereka.

    Mereka tidak salah, namun kita juga tak boleh membenarkannya. Kita punya impian, maka apapun caranya selagi semua tak merugikan orang lain, tak melanggar norma-norma yang berlaku, tetaplah berjuang jangan kasih kendor. Jika awalnya adalah impian, lalu menjadi bahan olok-olokan, maka kita harus mengakhirinya dengan cara yang elegan. Kita harus buktikan bahwa impian yang kita perjuangkan bisa didapatkan. Jangan biarkan diri kita berakhir secara tragis, menyerah dan mengubur impian kita dalam-dalam. Lalu membiarkan orang lain menghancurkan martabatmu, kehormatanmu, dan apapun yang kamu anggap penting. Jika itu terjadi, maka sudah jatuh ketimpa tangga adalah kiasan yang tepat untuk menggambarkan kehancuran dirimu.

    Sebelum semua hal negatif terjadi, aku ingin mengajakmu menapaki setiap jejak kegagalan yang pernah terjadi pada hidupku. Mungkin ada banyak lobang yang akan kamu temui, dan lobang-lobang itulah yang harus kau ingat sehingga ketika kau berjalan, kau tak akan terperosok ke dalam lobang-lobang yang pernah menjebakku. Di blog inilah kamu akan menemukan banyak sekali inspirasi-inspirasi yang kutulis dengan sepenuh hati. Selamat menikmati.

  • Garis Takdir Yang Tak Pernah Bisa Ditaklukkan Ia Hanya Bisa Diminimalisirkan

    masnasih.comPertanyaan : Soal masalah tidur. Di sepanjang malam atau saat-saat aku udah capek dan ketiduran katakanlah, aku jarang banget ngerasain rasanya bener-bener istirahat. Aku terganggu sama mimpi-mimpiku. Sampai kadang ngerasa sepanjang tidur itu ya aku mimpi. Makin kesini tak rasa-rasain mimpi-mimpi itu tuh dari masalah-masalahku, dari kekhawatiranku, sampai hal-hal sepele yg besok akan dilakukan. Itu kebawa sampe mimpi. Bingung. Kok aku sampe sebegininya.

    Jawaban : Ah. Itu memang masalah. Terlebih lagi kalau kamu emang bener2 selalu memikirkan masalah-masalah itu.

    Aku juga merasakan saat pikiran lelah dan masalah tak kunjung usai.

    Dan aku rasa memang disitu ada garis takdir yang tak bisa dipisahkan, tapi mungkin bisa diminimalisirkan dengan hal-hal sederhana.

    Oke akan aku coba jelaskan secara sederhana.

    Meraih sebuah impian ibaratnya kita ingin pergi ke suatu tempat.

    Nah, di ibaratkan sekarang kita masih di jalan.

    Perjalanan menuju tempat itu mungkin bisa lancar, bisa macet, bisa lewat pegunungan, bisa lewat jeglongan sewu, dsb.

    Sedangkan kita sekarang ini katakanlah sudah tahu tujuannya menggunakan google map. Kita sudah tahu mau melewati mana saja. Tetapi data google map itu kan nggak update tiap hari.

    Nah, jadi kalo kita mau lewat kesitu mesti ambil risiko. Bisa jadi jalannya sudah rusak, atau ada pohon tumbang di jalan, dan berbagai halangan lainnya yang tidak bisa kita prediksi.

    Aku menyebut hal yang tak bisa diprediksi inilah merupakan garis takdir. Kita tidak bisa keluar dari situ. Kita pasti akan ketemu yang namanya garis itu.

    Di saat ini yang perlu kita lakukan adalah menyadari bahwa semua memang harus terjadi.

    Lalu kita tinggal pilih. Mau menikmatinya atau justru marah-marah galau tak jelas?

    Nah, disinilah proses meminimalisir ada pada pilihan itu. Jika kita memilih untuk menikmatinya, maka takdir itu tetap ada namun tak membuat kita frustasi atau minimal frustasinya jadi terminimalisir.

    Lalu cara menikmatinya gimana.

    Kita bisa santai ya, namanya ada halangan yang nggak bisa diterobos gimana lagi kan. Kita bisa menunggu. Atau sekedar cari hiburan lain di situ, foto-foto, menikmati pemandangan, dsb.

    Oke. Mungkin itu bagus kalo pas di daerah pegunungan.

    Terus kalo pas di kota gimana?

    Macet, panas, nggak bisa gerak kemana-mana?

    Nah, itu berarti sudah masuk ke takdir nggak nggak bisa dialihkan. Gimana cara menikmatinya?

    Tentu butuh pemahaman spiritual yang cukup tinggi. Orang tanpa pemahaman spiritual tentu akan lebih frustasi dengan hal ini. Tapi kalo yang setidaknya masih berpegang teguh pada agama, tentu akan lebih bisa bersabar dan tidak menyalahkan keadaan.

    Jadi, sampe sini paham?

  • Jika Dulu Ada Jam Beker, Sekarang Ada Smarphone Untuk Alarm

    masnasih.com – Jika ditanya, lebih bagus mana jam beker dengan smarphone dari segi fungsinya? Saya percaya semua orang akan menjawab smartphone. Namun, pada kenyataannya saya tak yakin smartphone lebih bagus daripada jam beker secara manfaat. Teknologi secanggih apapun tak akan ada manfaatnya manakala yang punya tak bisa mengoperasikannya. Teknologi canggih akan merugikan manakala si pengguna menyalahgunakannya. Teknologi canggih akan menjadi rongsokan jika telah habis masa pakainya.

    Berkembangnya zaman teknologi memang selalu mengalami perkembangan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan. Jika dulu jam beker adalah alat canggih yang bisa berfungsi sebagai alarm untuk mengingatkan jadwal tertentu, maka sekarang ada smartphone yang jauh lebih canggih, multifungsi termasuk sebagai alarm serta bisa menampilkan jadwalnya berupa teks. Jika dulu hanya bunyi kring saja, sekarang bisa diganti sesuai selera. Itulah perkembangan zaman yang patut kita syukuri.

    Namun, karena kita adalah makhluk yang pelupa dan tak jarang berbuat salah, adanya kemajuan teknologi ini tak digunakan dengan semestinya. Teknologi hanya sebatas keren-kerenan, jaga image, mengikuti trend atau cuma ikut-ikutan agar tidak dianggap kampungan. Sedangkan di sisi lain kita mempunyai peluang yang sama, kita mempunyai banyak peluang yang biasa kita abaikan. Entah karena belum tahu atau tak mau tahu. Salah satu peluangnya adalah kita bisa gunakan smartphone sebagai alarm untuk hal-hal yang baik yang bisa kita mulai tambahkan dalam kehidupan kita sejak dini. Tak usah muluk-muluk. Cukup diawali dengan hal-hal sederhana yang sering kita lewatkan, misalnya bersyukur.

    Ya. Kita sering lupa bersyukur. Terlalu sibuk dengan pikiran sendiri, hal kecil yang sebenarnya bisa membuat diri kita bahagia jusru terlewatkan begitu saja. Mulailah buat alarm-alarm di beberapa waktu yang menurutmu adalah waktu yang kira-kira tepat untuk bersyukur. Ya, sebenarnya waktu bersyukur itu bisa kapan saja, dan saya yakin, kamu pun setiap hari bersyukur adalah pekerjaan yang sudah mendarah daging dan secara otomatis akan muncul saat dirimu merasa ada sesuatu yang patut disyukuri. Tetapi saya tak yakin juga, apakah kamu sudah bersyukur atas hal-hal sederhana lainnya atau belum. Saya percaya kamu banyak melewatkan hal sederhana tersebut.

    Maka, membuat alarm bersyukur adalah cara sederhana untuk memanfaatkan teknologi serta merefleksikan diri. Kita bisa men-setting alarm di saat-saat tertentu, Misalnya di pagi hari setelah bangun tidur. Dikira-kira saja jam berapa kamu biasa bangun tidur, dan set alarm di jam tersebut. Lebih bagusnya lagi jika digabung dengan alarm bangun tidurnya. Untuk waktu yang lain kamu bisa ambil jeda waktu yang seimbang. Misal kamu akan menjadwal alarm sehari 5 kali. Maka kamu bisa gunakan waktu sholat untuk men set alarm khusus untuk bersyukur. Kamu bisa mengaturnya sendiri sesuai dengan keinginanmu.

    Jika biasanya kamu bersyukur secara otomatis, maka melalui alarm ini kamu harus merefleksikan diri, sedikit mengingat nikmat-nikmat yang telah kamu dapatkan dalam waktu dekat itu. Hal sederhana ini walaupun terlihat sederhana, namun jika dilakukan secara terus menerus secara tidak langsung akan mengurangi efek kelelahan, frustasi, stress, dan hal-hal negatif lainnya. Dengan melakukan hal sederhana itu hidup kita akan lebih damai dan penuh dengan ketenangan karena kita selalu mengingat nikmat-nikmat yang terus mengalir tanpa henti. Pikiran kita akan tetap sadar bahwa masalah tak ada bandingannya dengan nikmat yang mengalir begitu deras itu, masalah akan hanyut dan hilang ditelan riak air kebahagiaan.

    Beginilah cara sederhana memanfaatkan sekaligus menikmati teknologi canggih. Jangan jadikan teknologi canggih justru membuatmu merugi, menjadikanmu semakin jauh dari Penciptamu, menjadikanmu semakin terjerumus ke dalam jurang kehancuran. Karena kita bisa memilih dan diberi pilihan mau bahagia atau sengsara? Bahagia identik dengan kebajikan, sengsara identik dengan kerusakan.

  • Sumber Daya Yang Terbatas Itu Nikmat Sekaligus Rahmat Yang Patut Disyukuri

    masnasih.com – Setiap makhluk yang ada di dunia ini terbatas kecuali makhluk-makhluk yang memang diciptakan tanpa batas, misalnya udara. Namun udara pun tak bisa kita konsumsi semuanya. Kita hanya punya 2 lobang hidung dan kembang kempis sepasang paru-paru. Sedangkan anggota tubuh yang lain tidak terlalu banyak memanfaatkan udara misalnya kulit. Jadi pada intinya saya ingin menyampaikan bahwa semua yang ada di dunia ini serba terbatas.

    Keterbatasan adalah bagian dari rahmat Tuhan, juga merupakan kenikmatan yang luar biasa. Bayangkan jika makhluk yang ada di dunia ini mempunyai tenaga yang tak terbatas, buah-buahan tak terbatas, lahan yang tak terbatas, dan segalanya tak terbatas. Bagaimanakah kehidupan dunia ini? Mungkin tak akan ada siang dan malam, entah apa namanya. Mungkin tak akan ada orang tidur, karena kejahatannya juga tak terbatas, kebaikannya juga tak terbatas, perangnya juga tak terbatas. Yah.. semuanya kacau balau.

    Jadi keterbatasan itu apa?

    Iya, betul. Keterbatasan adalah nikmat, rahmat Tuhan yang begitu Agung. Kasih sayangnya benar-benar ada dan bisa dirasakan walaupun seringkali kita melupakan. Keterbatasan memang indah. Kita bisa hidup damai, menghirup udara segar setiap hari, beristirahat di malam hari, jalan-jalan saat jenuh, dan masih banyak lagi kenikmatan yang tak bisa disebutkan dengan adanya keterbatasan sumber daya.

    Sumber daya manusia yang terbatas membuat kita bisa menikmati kehidupan yang penuh dengan kedamaian. Sumber daya alam yang terbatas memaksa kita untuk memanfaatkannya secara bijak, tidak berlebihan. Karena kalau berlebihan efeknya juga tidak baik bagi tubuh kita. Katakanlah kita punya banyak makanan, apakah kita akan memaksakan diri untuk menghabiskannya saat itu juga? Tentu tidak karena tubuh kita mempunyai kemampuan standar layaknya manusia pada umunya.

    Kita tak akan pernah menemukan kehidupan di dunia yang mirip seperti di surga. Jika katanya di surga semuanya ada, maka di dunia kita tak akan pernah menyamainya. Di surga hanya ada kebaikan sedangkan di dunia ada kebaikan dan ada kejahatan. Jika pun Tuhan merubah SDM dan SDA di dunia ini menjadi tak terbatas tentunya akan menimbulkan sesuatu yang tak baik bahkan justru menghancurkan dunia.

    Maka tak ada kesempurnaan di dunia karena sempurnanya dunia adalah adanya kekurangan itu sendiri. Jika dunia serba ada maka justru tak sempurna karena ada ketidakseimbangan antara satu hal dengan lainnya. Kebaikan dan kejahatan sama-sama kuat. Lalu bagaimana masalah akan terselesaikan?

    Adanya keterbatasan atau kekurangan inilah dunia disetting sedemikian rupa, dunia akan berjalan otomatis sesuai dengan programnya. Sedangkan manusia yang ditugaskan menjadi kholifah dimaksudkan untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan. Jadi, bisa dikatakan sempurnanya dunia tercipta, karena adanya korelasi satu sama lainnya. Mereka saling bertautan, sambung menyambung, saling menghormati, saling mendukung, saling mengingatkan, saling mengajak ke dalam kebaikan. Itulah kesempurnaan dunia yang sesungguhnya.

    Kesempurnaan dunia akan ada saat semuanya serba terbatas. Dan semua keterbatasan itu patut kita syukuri karena dengan dunia yang serba terbatas ini membuat hidup kita lebih berisi kenikmatan dibandingkan dengan kesengsaraan.

  • Membungkam Nafsu Kehidupan ini Jadi Terasa Begitu Aneh

    masnasih.com – Entah kenapa tiba-tiba pikiran saya begitu kacau saat ini. Nafsu yang tertahan cukup lama sepertinya memberontak ingin bebas. Saat nafsu ditahan perasaan kita benar-benar tertekan dan jenuh bingung apa yang harus dilakukan.

    Kita hidup memang dengan nafsu, sebagian aktivitas kita juga merupakan bagian dari nafsu. Baik nafsu baik, maupun nafsu yang kurang baik. Salah satu contoh dari nafsu adalah hasrat ingin meraih sesuatu. Kita menginginkan sesuatu, Itu adalah nafsu. Saat kita ingin memenuhi kebutuhan nafsu juga akan bekerja. Jika nafsu tak bekerja, maka tentu kita tidak pernah melakukan apa yang harus kita lakukan.

    Contoh sederhananya kita ingin makan. Maka nafsu kita akan bekerja dengan cara memvisualisasikan diri enaknya jika kita makan makanan itu. Tanpa nafsu makan tentu mood untuk makan hilang. Saat makan pun terasa hambar, tak merasakan kenikmatan dari makanan itu.

    Nafsu bekerja sesuai dengan kebiasaan. Kebiasaan yang baik akan tetap baik selama tetap baik, ketika ada sesuatu yang menghambatnya maka nafsu bisa saja beralih ke arah yang salah karena untuk melampiaskannya. Misalnya setiap hari makan, dan suatu ketika tidak ada sesuatu yang bisa dimakan, maka ia akan mencari cara untuk tetap makan apapun caranya, dan tak menutup kemungkinan ia akan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kepuasannya, mencuri makanan orang lain misalnya.

    Ya. Kita tidak pernah tahu apakah kita bisa menahan derasnya arus nafsu jika suatu hari nanti ia lepas tak terkendali. Siapapun sangat rentan, orang sekuat apapun akan selalu kalah dengan nafsunya sendiri. Maka kita harus pandai-pandai mengalihkan perhatian nafsu dari yang tak baik ke yang lebih baik. Pikiranlah yang bisa mengontrol semuanya. Tanamkan kebaikan dalam hati, hapus segala kamus yang menjerumuskan diri dari hal-hal yang tak baik.

    Itulah cara yang paling ampuh untuk melawan nafsu. Atau lebih tepatnya mengendalikan nafsu agar tetap terjaga, tetap dalam kedamaiannya.

  • Sisa Nyawa Hari ini

    masnasih.com – Mentari mulai menyembunyikan dirinya, langit menjadi gelap dan bulan mulai menampakkan wajahnya dengan penuh suka cita. Ia selalu tersenyum menyambut malam hari. Mungkin karena ia suka bermain bersama bintang-bintang yang gemerlap.

    Malam semakin larut, pergerakan manusia mulai terdengar sayup-sayup, hening menyisakan bunyi napas dan dengkuran karena kelelahan. Semakin hening semakin ramai. Suara serangga-serangga mulai terdengar nyaring. Detak jam dinding pun semakin lantang.

    Jika dipikir, suasana ini sungguh indah. Banyak orang yang terlalu sibuk dengan pikirannya sehingga abai akan keindahan ini. Namun, ada satu hal yang membuat hati menyusut. Detak jam dinding yang terus berlanjut menandakan waktu tak akan pernah berhenti, apalagi kembali ke detik sebelumnya.

    Waktu tak akan mungkin kembali, sisa umur akan terus berkurang seiring berjalannya waktu. Segala ujian tentu tak akan ada apa-apanya jika kita ingat waktu kita selalu berkurang setiap detiknya. Kita tak akan pernah merasa kesusahan jika ingat bahwa umur kita tak panjang lagi. Kita tak akan pernah mengeluh jika mengingat bahwa hidup memang begitu, takdirlah yang memastikan, dan waktulah yang akan mengingatkan.

    Kita tak pernah tahu detik keberapa jantung ini berhenti berdetak. Kita tak tahu kapan waktu kita akan sampai. Kita tak tahu kapan tubuh ini mulai lunglai. Kita tak tahu kapan semuanya akan usai. Yang kita tahu hanya sebatas pengetahuan umum yang tak ada kepastian waktunya.

    Maka tak bisa disalahkan jika ada ungkapan manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Kesalahan manusia yang pertama adalah lupa waktu, dan saat yang bersamaan manusia juga melakukan kesalahan. Orang yang salah bisa dikatakan orang yang lupa dengan waktu. Orang yang lupa waktu menganggap dirinya masih lama hidup di dunia sehingga ia berani melakukan kesalahan.

    Inilah sedikit sisa usia hari ini. Malam yang sepilah yang membuat pikiran tersadar, jam dinding bukan sekedar hiasan. Ia selalu mengingatkan pada janji Tuhan.

  • Rezeki di Pagi Hari

    masnasih.com – Ketika semua orang masih tertidur lelap di pagi hari, aku sudah menghabiskan semangkok mie instan dan segelas air segar. Ketika semua orang sedang asik dengan mimpinya, aku sudah mengetikkan kata-kata yang bermakna. Ketika semua orang sedang bergulat dengan selimutnya, aku sudah memanfaatkan otakku untuk hal-hal positif. Inilah rezeki yang datang kepadaku pagi ini.

    Kita tak pernah menyadari bahwa rezeki datang dengan bentuk yang bermacam-macam. Ada rezeki yang berbentuk nyata seperti harta, anak, dan istri; dan rezeki yang tak kasat mata, seperti ketenangan hati, cinta, keimanan, kedamaian. Seringkali kita hanya mengukur rezeki dari segi materiil saja padahal rezeki non materiil yang kita dapatkan mungkin jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang materiil.

    Harta yang banyak tak akan membuat hidup kita bahagia manakala kita tak merasa cukup. Hidup selalu dikejar-kejar oleh nafsu yang menginginkan lebih dan lebih. Pikiran menjadi selalu kurang dan kurang.

    Keluarga tak akan membuat kita bahagia manakala tak ada cinta di dalamnya. Hidupnya penuh dengan kebencian satu sama lain. Iri-irian dengan apa yang dimiliki orang lain. Perkelahian karena harta warisan.

    Rezeki ketenangan batin jauh lebih berharga dibandingkan sekedar harta dan keluarga. Ketenangan batin dan keluarga yang penuh cinta tentunya jauh lebih berharga. Namun, kita tak pernah tahu apa saja rezeki yang akan kita dapatkan, dan kapan rezeki itu akan kehabisan kuotanya.

    Tuhan tidak akan mengambil nyawa seseorang manakala rezekinya belum sempurna. Setiap orang memiliki jatah rezeki masing-masing. Maka meminta dilancarkan rezekinya, atau diberi rezeki lebih sama artinya kita meminta Tuhan segera menyempurnakan jatah rezeki kita. Dan setelah sempurna berarti kita harus meninggalkan dunia. Kita memang berhak untuk meminta, tetapi takdir tak akan pernah sedikitpun merubah posisinya, karena takdir adalah hak prerogatif Tuhan, dan ada semenjak kita dalam kandungan ibu tercinta.

    Menilik ke masa sekarang, tak sedikit orang atau bahkan hampir semua orang memandang rezeki adalah dari segi materi. Kita yang juga bagian dari mereka pun memandang hal yang sama seperti yang mereka pahami. Tak heran kita justru terjerumus pada lingkaran setan yang tak ada ujungnya. Kita selalu mengejar-ngejar harta yang kita yakini bisa menyelesaikan segala permasalahan dunia termasuk memberi rasa tenang, pengobat rasa sakit yang mendalam. Tetapi ternyata tidak. Kita justru tak pernah mendapatkan ketenangan yang kita harapkan. Kita justru berputar-putar tanpa tau arah sesekali jatuh tersungkur babak belur sebelum semua yang kita harapkan tercapai.

    Rezeki yang seharusnya didefinisikan sebagai sesuatu yang pasti didapatkan, sesuatu yang sangat sederhana, sesuatu yang bisa kita dapatkan cuma-cuma bahkan tanpa kerja sekalipun, sesuatu yang menjamin hidup kita; sekarang justru dimaknai sebagai sesuatu yang harus diperjuangkan sampai darah penghabisan, sesuatu yang harus diperjuangkan dengan seluruh jiwa dan raga, sesuatu yang harus diperjuangkan dengan mengorbankan kebahagiaan, sesuatu yang penuh dengan duri, sesuatu yang harus dikejar dengan berlari, bahkan sesuatu yang bisa membuat kita mati saat mendapatkannya.

    Sadarkah, bahwa kita telah salah mengartikan apa arti sebuah rezeki?

    Rezeki yang lain yang perlu kita sadari selanjutnya adalah organ tubuh kita miliki sekarang. Jika kita masih hidup, maka artinya rezeki itu masih mengalir. Kita hitung dari yang terlihat, kita punya mata, hidung, telinga, mulut, dan kulit; itu adalah bagian dari rezeki yang tak bisa kita lupakan begitu saja. Andaikan salah satu darinya mengalami gangguan, maka hidup kita tidak akan nyaman.

    Ini masih berbicara tentang sesuatu yang terlihat dan bisa kita lihat. Belum lagi jika kita membicarakan hal organ-organ dalam yang itu semua adalah bagian dari penggerak-penggerak 5 indera kita yang terlihat. Tentu seharusnya kita merasa bahagia di dunia karena semua itu adalah bagian dari bentuk rezeki yang mempunyai nilai kenikmatan yang tiada tara.

    Maka yang pertama dan yang paling utama, yang harus kita lakukan adalah men-syukuri semua nikmat dan rezeki dan rezeki yang telah kita dapatkan dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil ‘Alamin, puji syukur tahmid pada Allah SWT.

  • Ketika Hidup Serba Tak Sesuai Dengan Yang Kita Harapkan, Lantas Bagaimana Cara Menikmatinya?

    masnasih.com – Kita selalu mempunyai keinginan. Keinginan untuk melakukan suatu hal, keinginan ingin begini, keinginan ingin begitu, akan tetapi semuanya tak bisa kita dapatkan jalannya. Lalu kita frustasi dibuatnya karena harapan benar-benar tak sesuai dengan kenyataan. Sudah berusaha tetapi tetap saja hanya menemukan jalan buntu. Di saat ini pula kita harus mengembalikan semuanya pada tujuan kita sebenarnya.

    Tujuan utama hidup adalah untuk mencari bekal di hari kelak. Jangan kita terjebak pada harapan-harapan dan keinginan nafsu yang sesaat. Keinginan tak akan pernah ada habisnya, harapan-harapan belum tentu dibutuhkan. Syarat mutlak untuk hidup adalah mencukupi kehidupan, bukan memaksakan diri untuk meraih keinginan. Hidup kita tak akan pernah cukup untuk melayani keinginan diri kita sendiri, hidup kita tak akan pernah mampu melayani harapan-harapan yang tak sesuai dengan kebutuhan. Yang kita tuju sebenarnya adalah pemuasan kebutuhan. Dan jika kebutuhan telah terpenuhi, maka seharusnya masalah tak akan pernah ada.

    Namun, saat yang kita puja adalah angan-angan yang tak sesuai dengan jalan yang telah ditakdirkan, itu akan membuat kita justru semakin terpuruk tak bisa merasakan kebahagiaan yang sebenarnya sangat sederhana. Ketika kita menemukan jalan buntu seharusnya kita pulang. Tanyakan pada diri sendiri, apa yang hendak dicari? Apakah itu kebutuhan? Atau hanya sebatas keinginan saja?

    Kau seharusnya menyadari bahwa langkahmu mulai menjauhi jalanmu. Kau harus kembali ke jalanmu untuk mendapatkan ketenangan kembali. Kau harus menikmati setiap langkah yang kau pijakkan. Rasakan setiap hentakan langkah dalam jalanmu, dan rasakan pula perbedaannya saat engkau berbelok ke arah yang salah.

    Kembalikan pikiranmu ke sedia kala, dimana kamu hanya membutuhkan sesuatu yang jauh lebih penting dibandingkan dengan angan-anganmu itu. Kebutuhanmu mungkin jauh lebih sederhana, lebih murah, dan mungkin lebih mudah untuk didapatkan. Hasilnya tentu lebih menenangkan dan tak sebatas ketenangan saat menggunakan obat-obat terlarang. Tetapi, ketenangan yang memang murni dari dalam hati dan dalam kondisi yang sehat.

    Untuk mengembalikanmu ke jalan yang telah ada tentu tak bisa semudah membalikkan telapak tangan. Namun ketika otak masih belum terkontaminasi oleh kutukan-kutukan keinginanmu, kau akan lebih mudah membalikkan keadaan, dari yang gundah gulana, menjadi cerah ceria hilang duka.